Beri Judul : 'Untuk Kisah Kita'

>> 10 September 2009

Separuh dirimu t’lah punah
dari lembar diaryku
Menipis dan kian menipis
hingga tak tersisa helaian kosong
‘tuk sekedar goreskan namamu lagi
Karena waktu pun t’lah bosan
membacanya

Usailah sudah
Kisah –tanpa judul- t’lah tamat
Seiring bait terakhir puisi ini
Tanpa pernah bisa kuartikan
bias senyummu
Di akhir episode cerita kita

Read more...

Kisah -Tanpa Judul-

>> 09 September 2009

Sepotong anak panah
T’lah menembus nadiku
Lalu patah
Terkapar kehilangan daya
Tetes darahku pun t’lah mongering
Menyatu dalam tiap kata
Yang kuketikkan untukmu
-di sini dan saat ini-

Read more...

Tuhan Tahu Segalanya

>> 08 September 2009

Tuhan tak butuh saksi mata
Dia mendengar segalanya
Dunia telah teramat bising
Bait-bait kekufuran dilantunkan
dengan bangga
Tuhan melihat segalanya
Orang rakus melahap kepuasan
bahkan di sudut keremangan
Yang lain, kecanduan anggur busuk
Mereka berkata dalam mabuk,
“Ini surga kita”

Sekali waktu Tuhan menggugah
Manusia pun terperangah
Berhala-berhala yang disembah
amblas! Rata dengan tanah
Sekalipun tak ada pengakuan dosa
Dia tahu segalanya

Saat manusia berbondong-bondong
menggapai pintu magfiroh-Nya
Yang lain, tetap meringkuk
membaringkan kecewa
memejamkan prasangka

Read more...

Masih Ingin Bersama

>> 07 September 2009

-Sepuluh menit yang lalu-
Sesal ini masih membekas
meski pelarianku telah terhenti
Setan-setan berkerubung, membisikkan rayuan
Betapa nikmat meregang nyawa
dengan jerat keputusasaan
Terlalu cepat waktu menghujam
penantianku, penantianmu
Haruskah kuakhiri hari ini ?

-Lima menit yang lalu-
Potretmu lekat di sudut kamar
Kenangkan satu kalimat
Buah pikirmu yang lama terabaikan
Tak setara dengan cinta yang pernah menyapa
Lebih…lebih istimewa
Karenamu, aku puas mereguk kasih sayang
Tanpa sedikit pun memberi kesempatan
Pada naluri untuk mengerti
Betapa pelik jalan yang kita telusuri

-Detik ini-
Kudapati mahkotaku kembali bersinar
Kerapuhan berganti ketegaran
Bolehkah aku terus bersama ketulusanmu?
Kita bangun istana yang baru
Jauh…jauh lebih kokoh
Beralaskan kesucian tawakal
Tersangga keagungan pilar-pilar tauhid
Tak lama lagi ‘kan kita rasakan teduh
Dalam naungan mahabbah-Nya

Read more...

Demi Sebuah Nama

>> 06 September 2009

Demi dingin yang menyelimuti fajar
selagi sayup parau kembali bergema
di sudut kamar
Biar langkah-langkah menyeruak
di rerumputan basah
‘Bukankah kita pun terseret zaman,’
bisikku

Demi sebuah nama yang terpahat
di gerbang cinta
ketika birunya kembali memberi jiwa
Relakan hidup berpijak
pada tanah nan lembab ini
‘Lalu berguling di pusaran waktu,’
sahutmu

Read more...

Mencinta Syair

>> 05 September 2009

Pada satu kemilau
yang tersesat di latar kelam
Izinkan sajakku menyatu
bersama angin malam
Saat semilirnya masih menghela
debu-debu rindu

Pada berkas cahaya
yang menggurat nirwana
‘Kan kujeritkan selarik
petikan kalbu
‘Biarlah sukmaku mencinta syair,
tanpa harus menyair cinta’

Read more...

Aku Dalam Riwayatnya

>> 04 September 2009

Lamunanku bersandar di rengkuhan hangatnya
Lamat-lamat dia riuhkan semangat
Memupus ketakberdayaanku memapah
sebongkah keyakinan
“Kucari seuntai benang merah untuk kita”

Dialah yang mengibaskan jiwaku yang kuyup
terguyur rasa cemas kehilangan
Dialah yang memilin hasratku dan hasratnya
hingga tak lekang oleh derap masa

Aku dan dia menggelandang tanpa tubuh
Tak perlu tahu seberapa jauh
menembus lagu sepi yang tak merestui
Tak terduga berapa lama
mempertentangkan angan dan realita

Satu bintang melesat turun
menancapkan rindu di titik letalku
Dia tak kembali malam ini
“Lilin-lilin itu seharusnya kita tiup bersama”

Aku yang lelah mengembara tanpa raga
luluh lantak dalam kubangan jelaga
Tuhan tetaplah teramat bijak
menuliskan namaku sebagai metafora
pengisi jeda dalam riwayatnya

Read more...

Kita Untuk Selamanya

>> 03 September 2009

Hari ini potret kita terbingkai
berlatar kegigihan hati yang tak bertepi
Dan kita riuhkan tawa kemenangan
hingga meredam kecengengan masa kanak
yang meradang

Hari ini menyeruak wangi harapan
gumpalan persenyawaan yang meluruhkan
segala penat dan keraguan
Hingga kita bisa mengulum manisnya
kebersamaan ini selamanya

Esok hari, kita akan menerjang
kepongahan dunia yang datang menghadang
Meniupkan semangat di tiap jiwa
yang nyaris melapuk
Meneteskan makna dan rasa
pada larutan hidup yang terlalu biasa
Menyelaraskan nada-nada pengabdian
untuk kita lantunkan pada semesta

Karena di hadapan kita
tangga cahaya-Nya terhampar megah
Di sanalah jejak kita harus terpateri
Karena di pelupuk mata
gerbang keridaan-Nya terbentang indah
Di sana kelak tertoreh dengan tinta emas
Semua tentang kita, tentang masa berharga ini
Tentang hebatnya persahabatan yang terajut
dalam kenangan istimewa

Read more...

Pada Tuhan, Cinta dan Lelakiku

>> 02 September 2009

Pada Tuhan,
Hanya milik Engkau-lah samudera cinta
yang mahaluas
percikannya mengaliri sepetak hidupku yang gersang
menyuburkan bulir-bulir syukurku pada-Mu
dan bersenyawa dengan getar-getar harapan
“Sandingkanlah aku dan dia dalam mahligai kasih-Mu”

Pada Cinta,
Kau berhembus dari kisi-kisi jendela batinku
Tanpa sempat kusapa, kau telah melesat
dalam labirin nurani yang terkunci
Turut mengerang dengan tangis dan tawaku
Berdetak-detak seirama langkahku mengejar cita
“Lekatkan aku pada jiwa kekasihku”

Pada Lelakiku,
Terima kasih telah menjadi tonggak
Saat tekadku mulai limbung
Mengelus-elus angan dan realita cinta
Hingga keduanya tak saling berlanggaran
“Kuingin merapat dengan gelora di dadamu
Agar tak gamang saat kunikmati lezat mencinta”

Read more...

Pesan Hitam Bidadari Putih

>> 01 September 2009

Hampir kusangka bidadari putih
Jika saja bayang hitamnya
tak berseteru denganku
Dalam malam bulan perak
Perlahan dia julurkan sayap,
memikat lelaki yang kukasihi,
"Betapa ingin aku bersanding denganmu
untuk kukenang bahwa kita telah merenda
asa yang sama,
mencicipi adonan kehidupan
dengan pahit manis yang serupa
Bahkan menetas, terbang dan tersungkur
di atas bumi yang tak berbeda,"

Hangat nafasmu merasuki pori-poriku
meluncur dalam aliran darah yang menggelegak
Hampir saja jemarimu lepuh kugenggam
saat kaubisikkan, "Bolehkah kusanding dia
dalam hitungan detik saja?"
Dalam malam bulan perak
keyakinanku menggelepar kesakitan
terpaksa langkahku surut ke belakang

Setelah menoleh pada riwayat cintaku
yang mungkin akan mati kaku
kujawab pintamu tanpa ragu
"Seharusnya perempuanmu cukup aku,
hanya aku"

Read more...

Inilah Kisah Hidupku

Aku ingin tiap detik dalam hidupku tak menjadi sampah yang terserak sia-sia. Andai aku seorang pelukis, pastilah telah kugoreskan warna-warni kisahku di atas kanvas. Jika aku penyanyi, pastilah kulantunkan nada cinta pada tiap jiwa yang berharga dalam hidupku. Tapi aku hanya blogger. Yang dapat kulakukan hanyalah membagi kisahku melalui tulisan. Apa yang kuharapkan? Entahlah, mungkin tulisanku bisa dibaca, dikenang, direnungkan atau sekedar menjadi pengisi jeda dalam riwayatmu.

Inilah Nicka Yang Kaukenal

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP