Septemberku

>> 30 Oktober 2009

Tak mau kutangisi hari-hariku
     meski berlalu gontai
           Tanpamu, tekadku kehilangan sanggaan

Sepertinya, aku kecewa pada derap waktu
     menendangku dari malam bertabur mimpi
Aku ingin menggugat malam
     menghempasku dari mimpi penuh warna
Namun, aku pun merutuk pada mimpi
     karena menipu dengan warna hampa

Semua warna memudar, risauku menggumpal
     Sukmaku terjaga, tetapi raga terbuai
          September kan kujelang, kuharap denganmu

Read more...

Sampai Akhir Hidupku

>> 20 Oktober 2009

Lalu menjadi nyata
menuntunku ke lembah kasih
wangi abadi
Tinggalkan aku saat kau harus pergi
dan kembalilah saat kau ingin kembali

Tuhanku, dia ada di tempat-Mu
aku pun tak kuasa mencemburui
Tak terganti oleh apapun
tapi, Kau sejukkan aku dengan kasih saying
dan cinta-Mu selalu menjaganya

Lalu menjadi nyata
Izinkan aku hidup lebih lama
menuntunku untuk tak menyakiti dia
dan tak meluruhkan segala mimpinya

Tuhanku, aku pun ada di tempat-Mu
menghela nafas untuk kesejatian
mencari cinta yang telah Kau pilihkan
untuk dapat melengkapi yang harus dilengkapi
dan mencinta yang telah kucinta
sampai akhir hidupku

Read more...

Lentera Khayal

>> 19 Oktober 2009

Tuhan membukakan pintu ke dunia baru
kutebus dengan satu janji
Akan kututup mata hati dari mawar muram
yang menawarkan harum cinta
yang membius gairahku mengejar cinta

Suatu ketika seorang lelaki bertanya,
”Sampai kapan kau bertahan?”
Aku bergeming
Tak lagi inginkan satu pelarian
takut kembali pada-Nya dengan kepincangan
malu bersimpuh di hadapan-Nya
dengan jubah tercabik
Harus berdalih apa jika Dia menuntut
”Di mana jubah suci yang kutitipkan padamu?”

Kekasihku bukan sebenarnya terkasih
hanya lentera segala khayalku
Sampai nanti kudengar ikrar suci
khayalkan bahwa cinta itu tak mati
kanya sedang mengubur hasratnya
Khayalkan bahwa kepercayaan pun tak sirna
ketapi ingin mengunci diri
Khayalkan bahwa penantianku terpaut setia
dalam rumah tua di pinggir kota

Sampai nanti kaurangkai
kenangan manis yang tercecer
Biarkan kerapuhan hati menjadi
penggalan cerita yang kucaci maki

Read more...

Tentang Tanah Leluhur Sampai Catatan Untuk Istri

>> 18 Oktober 2009

Ada sekelumit kisah yang kauutarakan
di kala matahari menyembul malu-malu
lantas mengelus-elus pelataran Sambisari

Kaudongengkan padaku tentang tanah leluhurmu
Jauh di kaki Gunung Lawu
Jalannya menanjak, berbatu, dan berliku
Seperti perawan menggemaskan
Belum disunting kebinalan zaman
Hanya boleh diintip dari balik tirai gelap
Mengundang tanda tanya
Dengan jemarinya yang halus, terus menarikmu
”Pulanglah ke peraduanmu...”
Di sana cupid pertama kali memanah
Tepat menancap di hatimu

Kauceritakan tentang akhir tragis
skenario asmara
Lakonnya, kamu dan peri tidurmu
Yah, dia yang sekarang terlelap atau
enyah di suatu rentang waktu
Belasan suratmu cukup jadi saksi bisu
Tak satu pun mampu mengurai jawaban
’Masihkah kamu milikku’

’Jika tahu bulir-bulirnya meretaskan
penyesalan,
sejak lama kutumbang penantian
yang megakar,” kilahmu

Dan kamu mencemaskan aku
Kaucubit pipiku, memastikan bahwa aku
Hanya aku dan tetaplah diriku
Aku bukan jelmaan iblis betina
yang mengusung angan pria kasmaran
sembari menjilat pikiran
dengan perspektif pengabdian perempuan
setelah disanding di pelaminan
Namun, diam-diam menikam
sesaat kamu lena

Kau kisahkan pula tentang calon pengantinmu
Ada saat-saat menakar, mengayak, dan
menimbang
Bibit, sebaik apa keluarganya
Bebet, seberapa memikat rupanya
Bobot, sebanyak apa hartanya

Aku yang terlahir dari ketiadaan
Telah lancang ikut berarak-arak
Bersama hasrat dan harapanmu
Hanya untuk menerka-nerka
Berapa poin plus minus kauberi

Terlalu lelah menebak, kuputuskan terjun saja
menyelami jiwamu dan mencuri mutiara itu
Dengan congkak, kubuat prasasti di dasarnya
Hanya ada nama kita berdua!

Tiba-tiba kau berikan kitab tebal padaku
catatan panjang untuk seorang istri
Terpajang potret ibumu di sana
’Jangan khawatir, Sayang,” bisikku

Aku bisa meracik kebersamaan
yang penuh cita rasa
Tiap hari kunyalakan tungku kesetiaan
Menanak makna dan impian hidup kita
Menyuguhi kehangatan kasih yang
tak pernah akan basi
Tak perlu kauminta pun,
aku setia menyulam detik-detik terindah
Menjahit keyakinan agar tak usang
Dan ke dalam jambangan,
kurangkai cinta yang tak layu
oleh musim

Read more...

Memuja Angan

>> 17 Oktober 2009

Hanya karena memujamu
tak pernah cukup,
Kau sandera sajak-sajak cintaku
Ke dalam celah paling gelap yang tersisa
dari segala kuasamu
Tersenyumlah, karena kau merajai hidupku
Seolah undangan Sang Maut tak lebih dari
goresan tinta emasmu

Tolonglah, jantungku hanya satu
Tapi kau rela membelahnya jadi dua
daripada membaringkanku utuh di sisinya
Jika ketamakan telah menang atas cinta,
renggut saja jiwa ini dan bakar hidup-hidup

Read more...

Persembahan Terakhir

>> 16 Oktober 2009

Untuk cinta,
kunyanyikan sebuah lagu
tanpa petikan gitar
tanpa denting piano
Hanya ketangguhan yang menghentak
iringi pesta dansa terakhir
Aku bernyanyi sepanjang malam
menidurkan kerisauan

Berbanggalah!
Putri manjamu akan berduel
mencoba taklukkan kenyataan terburuk
Tak bakal ada pertumpahan darah
Namun, kuminta engkau bersiap
untuk sorak kemenangan
atau tangis kehilangan

Untuk kasihku,
telah kutitipkan bait-bait puisi
pada peri tidurmu
Dia ’kan menentramkanmu
sebab waktuku tak lama
Ketika tirai ungu tersingkap
dan terang menjamah dedaunan
tiba saatnya aku terbang bebas
ucapkan salam perpisahan
pada sangkar emas
Ini bukan saatnya untuk cemas!
Engkau akan bersanding dengan siapa
atau bayangan siapa
Bukankah tak pernah kujanjikan apapun?
Kepulanganku tak bias diramal
dan tiap jengkal yang tertinggal
tak mungkin kulintasi kembali

Read more...

Jerit Fakir

>> 15 Oktober 2009

Terang menggantung di kelopak senja
Terang meninggalkan puing-puing kerinduan
Rindu akan pembaringan
dan selimut hangat
Tapi, di tengah belantara kota
kami dahaga
bermimpi temukan telaga Nabi
Mereguk segelas air yang lebih manis
dari madu

Sebenarnya, kami ingin berlama-lama
menikmati bianglala yang memikat
di antara mendung berkabung
Merangkum bunga-bunga harapan
bersemi dari benih kasih Tuhan
Tapi, di tengah belantara kota
kami tersesat
hingga harus menggadaikan sepenggal hidup
hanya untuk sekepal nasi

Menggubah syair-syair tentang kefakiran
lalu berserakan
bersama debu di sekujur jalan
Menadahkan tangan
demi sepotong belas kasihan
Wahai Pemilik keabadian
tunjukkan kami jalan pulang
sebelum seluruh nafas terrenggut roda zaman

Read more...

Perempuan Yang Kausunting

>> 14 Oktober 2009

Tertulis di atas kaca berembun
Bahasa buaianmu, lelakiku
yang tak lazim lagi melerai murka
Tak melenakan nurani yang terjaga

Akhiri puisimu tentang kesetiaan
Bara yang lama kugenggam
hingga dagingku lepuh
Sekarang, tinggal seonggok arang
tanpa setitik pun nyala berpijar

Tak usahlah merengek-rengek
soal rindu
Kemarin, kusuguhi rindu hangat untukmu
Pagi ini, kaulumat rinduku yang telah jadi
bubur basi

Jenuh kudengar kicauan sumbang
tentang cinta
Di tepian tebing hati yang melapuk
menguar wangi, hembusan nafas cinta
yang terakhir

Pada detik senyumku membatu
satu perayaan usai malam lalu
Kau ucap lantang ikrar suci sehidup semati
pada kasih dalam balutan gaun putih

Read more...

Pusara Cintaku

>> 13 Oktober 2009

Menabur kabung di atas pembaringan
selepas kutangisi senyum itu
Bukan pertama aku diterbangkan cinta
Namun, satu sayap terenggut paksa

Sedikit terhibur kusaksikan bidadari kecil
mengayam bunga rumput di samping pusaramu
Puji-pujian membumbung tinggi
Iringi kekasih terakhir meniti tangga cahaya

Jemari mungil menarik kerudungku
“Di mana ayahku?”
Hampir lidahku membatu
Jika suara itu memuntahkan sendu

Gadis kecil mengguncang tubuhku
“Aku ingin sepandai ayah
Aku ingin sekolah dan ayah mengantarku
Aku ingin juara agar ayah memberi hadiah”

Satu tarikan nafas membuatku tersungkur
Barulah kumengerti, dirinya tak terganti
Bibir lembut mengecup pipiku
“Aku ingin secantik ibu”

Ah, sayang…
Waktu menyihirmu jadi lebah
dan kau harus mengisap madu
dari bunga terpahit

Tetapi, manakala kau jemu bermain
dengan bunga-bunga liar
nantikan awan hitam meruntuh
dan purnama memayungi mimpi indahmu

Bersiaplah meraih bintang paling terang
hanya dengan tanganmu
karena tak bisa ku warisi apapun
kecuali cinta

Keajaiban terbesar bersarang
di bola matanya,
“Apa itu cinta, ibu?”

Duhai…cahaya mataku
Adalah cinta saat ku bertaruh nyawa
mengatarmu ke dunia
Adalah cinta saat kuhangatkan kau
di dadaku
Adalah cinta saat kuuntai namamu
di tiap doa
sebenar-benarnya cinta ketika
kubimbing kau membaca makna hidup

Putri kecil terkulai lemah di pangkuan,
“Apakah ayah juga memberiku cinta?”

Read more...

Putri Piningit

>> 12 Oktober 2009

Mendung dan kabut pekat
kutumpahkan di atas pembaringan
sebagai ganti tak kubeberkan
rahasia hati yang hilang kebebasan

Aku mengutuk angan-angan
berkelebat lincah
seiring denting gelisah
tak berkesudahan

Kata hati minta dituruti
“Ajaklah aku menengok dunia luar”
Imajinasi yang lama terkungkung
Lepas, merambah rimba tak bersurga

Hingga sekujur penantianku berlumut
Tak terdengar jawaban dari Tuhan
atas satu pinta sederhana
“Bebaskan aku dengan kalam-Mu”

Tapi, waktu punya cara tersendiri
Diam-diam mencemooh
“Tak bebas, tapi malah kandas
diapit empat sisi tembok batu”

Read more...

Bawa Mimpiku Ke Bulan

>> 11 Oktober 2009

Batu-batu itu memanggilku
menari bersama riak sungai
Tak enggan mereka bercerita
seperti mengail masa kecil
yang terlupa
Inilah damai yang kudamba
dipangku alam
semesra gelak tawa
sahabat kecilku
Masih terbayang saat kita
bergandeng tangan,
berlari mengejar kupu-kupu
Kuharap kau tak lupa
seratus satu harapanmu
tertulis di atas daun randu
Bunga-bunga ilalang pun mendengar
sumpahmu, “Aku akan terbang,
bawa semua mimpi ke bulan!”


Batu-batu itu terus bercerita
Katanya, kau tak di bulan,
sayang
Bahagia bersama kawan barumu
bidadari jelita
di taman surga
tinggal aku sendiri
menulis satu mimpi
di atas air,
“Aku ingin Tuhan meniupkan
satu jiwa untukmu, lagi…”

Read more...

Inilah Kisah Hidupku

Aku ingin tiap detik dalam hidupku tak menjadi sampah yang terserak sia-sia. Andai aku seorang pelukis, pastilah telah kugoreskan warna-warni kisahku di atas kanvas. Jika aku penyanyi, pastilah kulantunkan nada cinta pada tiap jiwa yang berharga dalam hidupku. Tapi aku hanya blogger. Yang dapat kulakukan hanyalah membagi kisahku melalui tulisan. Apa yang kuharapkan? Entahlah, mungkin tulisanku bisa dibaca, dikenang, direnungkan atau sekedar menjadi pengisi jeda dalam riwayatmu.

Inilah Nicka Yang Kaukenal

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP