Tentang Tanah Leluhur Sampai Catatan Untuk Istri

>> 18 Oktober 2009

Ada sekelumit kisah yang kauutarakan
di kala matahari menyembul malu-malu
lantas mengelus-elus pelataran Sambisari

Kaudongengkan padaku tentang tanah leluhurmu
Jauh di kaki Gunung Lawu
Jalannya menanjak, berbatu, dan berliku
Seperti perawan menggemaskan
Belum disunting kebinalan zaman
Hanya boleh diintip dari balik tirai gelap
Mengundang tanda tanya
Dengan jemarinya yang halus, terus menarikmu
”Pulanglah ke peraduanmu...”
Di sana cupid pertama kali memanah
Tepat menancap di hatimu

Kauceritakan tentang akhir tragis
skenario asmara
Lakonnya, kamu dan peri tidurmu
Yah, dia yang sekarang terlelap atau
enyah di suatu rentang waktu
Belasan suratmu cukup jadi saksi bisu
Tak satu pun mampu mengurai jawaban
’Masihkah kamu milikku’

’Jika tahu bulir-bulirnya meretaskan
penyesalan,
sejak lama kutumbang penantian
yang megakar,” kilahmu

Dan kamu mencemaskan aku
Kaucubit pipiku, memastikan bahwa aku
Hanya aku dan tetaplah diriku
Aku bukan jelmaan iblis betina
yang mengusung angan pria kasmaran
sembari menjilat pikiran
dengan perspektif pengabdian perempuan
setelah disanding di pelaminan
Namun, diam-diam menikam
sesaat kamu lena

Kau kisahkan pula tentang calon pengantinmu
Ada saat-saat menakar, mengayak, dan
menimbang
Bibit, sebaik apa keluarganya
Bebet, seberapa memikat rupanya
Bobot, sebanyak apa hartanya

Aku yang terlahir dari ketiadaan
Telah lancang ikut berarak-arak
Bersama hasrat dan harapanmu
Hanya untuk menerka-nerka
Berapa poin plus minus kauberi

Terlalu lelah menebak, kuputuskan terjun saja
menyelami jiwamu dan mencuri mutiara itu
Dengan congkak, kubuat prasasti di dasarnya
Hanya ada nama kita berdua!

Tiba-tiba kau berikan kitab tebal padaku
catatan panjang untuk seorang istri
Terpajang potret ibumu di sana
’Jangan khawatir, Sayang,” bisikku

Aku bisa meracik kebersamaan
yang penuh cita rasa
Tiap hari kunyalakan tungku kesetiaan
Menanak makna dan impian hidup kita
Menyuguhi kehangatan kasih yang
tak pernah akan basi
Tak perlu kauminta pun,
aku setia menyulam detik-detik terindah
Menjahit keyakinan agar tak usang
Dan ke dalam jambangan,
kurangkai cinta yang tak layu
oleh musim

0 Komentar:

Inilah Kisah Hidupku

Aku ingin tiap detik dalam hidupku tak menjadi sampah yang terserak sia-sia. Andai aku seorang pelukis, pastilah telah kugoreskan warna-warni kisahku di atas kanvas. Jika aku penyanyi, pastilah kulantunkan nada cinta pada tiap jiwa yang berharga dalam hidupku. Tapi aku hanya blogger. Yang dapat kulakukan hanyalah membagi kisahku melalui tulisan. Apa yang kuharapkan? Entahlah, mungkin tulisanku bisa dibaca, dikenang, direnungkan atau sekedar menjadi pengisi jeda dalam riwayatmu.

Inilah Nicka Yang Kaukenal

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP